Ee Zubaidah
04.08.1934
GASTROENTERITIS
BAB I
TINJAUAN TEORI
A. DEFINISI
Gastroentritis adalah peradangan yang terjadi pada lambung dan usus yang memberikan gejala diare dengan atau tanpa disertai muntah (Sowden,et all.1996).
Gastroenteritis adalah inflamasi pada daerah lambung dan intestinal yang disebabkan oleh bakteri yang bermacam-macam,virus dan parasit yang patogen (Whaley & Wong’s,1995).
Istilah gastroenteritis akut digunakan secara luas untuk menguraikan pasien yang mengalami perkembangan diare dan/ atau muntah akut. Istilah ini menjadi acuan bahwa terjadi proses inflamasi dalam lambung dan usus. (praktek-perawat.blogspot.com, diakses 21 Mei 2008)
B. ETIOLOGI
Infeksi internal, yaitu saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama diare. Pada sat ini telah dapat diidentifikasi tidak kurang dari 25 jenis mikroorganisme yang dapat menyebabkan diare pada anak dan bayi. Penyebab itu dapat digolongkan lagi kedalam penyakit yang ditimbulkan adanya virus, bakteri, dan parasit usus. Penyebab utama oleh virus yang terutama ialah rotavirus (40-60%) sedangkan virus lainnya ialah virus Norwalk, astrovirus, calcivirus, coronavirus, minirotavirus dan virus bulat kecil. Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan penyakit itu adalah aeromonashidrophilia, bacillus cereus, campylobacter jejuni, clostridium defficile, clostridium perfringens, E, coli, plesiomonas, shigelloides, salmonella spp, staphylococcus aureus, vibrio cholerae, dan yersinia enterocolitica.
Sedangkan penyebab gastroenteritis (diare akut) oleh parasit adalah balantidium coli, capillaria philippinensis, cryptosporidium, entamoeba histolitica, giarsia lamblia, isospora billi, fasiolapsis buski, sarcocystis suihominis, strongiloides stercoralis, dan trichuris trichuria.
Bakteri penyebab gastroenteritis (diare akut) dibagi dalam dua golongan besar, ialah bvakteri non invasive dan bakteri invasive. Yang termauk dalam golongan bakteri non invasive adalah : vibrio cholera, E. coli pathogen (EPEC,ETEC,EIEC). Sedangkan golongan bakteri invasiv adalah salmonella spp, shigella spp, E. coli infasif (EIEC), E. coli hemorrhagic (EHEC) dan camphylobcter. Diare karena bakteri invasive dan non ihnvasiv terjadi melalui suatu mekanisme yang berhubungan dengan pengaturan transport ion di dalam sel-sel usus berikut ini : cAMP (cyclic adenosine monophospate), cGMP (cyclic guaniosin monophospate), Ca-dependent dan pengaturan ulang sitoskeleton.
Infeksi parenteral, yaitu infeksi di bagian tubuh lain di luar alat pencernaan seperti : otitis media akut tonsilopharingitis, dan sebagainya.
Data departemen kesehatan RI, menyebutkan bahwa angka kesakitan diare diindonesia saat ini adalah 230-330 per 1000 pendududk intuk semua golongan umur dan 1,6 – 2,2 episode diare setiap tahunnya untukgolongan umur balita. Angka kematian diare golongan umur balita adalah sekitar 4 per 1000 balita. Di laboratorium kesehatan anak RSUD Dr. soetomo pada tahun 1996 didapatkan 871 penderita diare yang dirawat dengan dehidrasi ringan 5%, dehidrasi sedang 7,1%, dan dehidrasi berat 23 %.tahun 2000 terdapat 1160 penderita diare yang dirawat dengan 227 (19,56 %) penderita yangmeninggal karena dehidrasi.
C. PATOFISIOLOGI
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (Rotravirus, Adenovirus enteris, Virus Norwalk), Bakteri atau toksin (Compylobacter, Salmonella, Escherihia Coli, Yersinia dan lainnya), parasit (Biardia Lambia, Cryptosporidium). Beberapa mikroorganisme patogen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel, memproduksi enterotoksin atau Cytotoksin dimana merusak sel-sel, atau melekat pada dinding usus pada Gastroenteritis akut.
Penularan Gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu penderita ke yang lainnya. Beberapa kasus ditemui penyebaran patogen dikarenakan makanan dan minuman yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotic dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit kedalam rongga usus,isi rongga usus berlebihan sehingga timbul diare ). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat kemudian terjadi diare. Gangguan multilitas usus yang mengakibatkan hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah kehilangan air dan elektrolit (Dehidrasi) yang mengakibatkan gangguan asam basa (Asidosis Metabolik dan Hipokalemia), gangguan gizi (intake kurang, output berlebih), hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.
D. MANIFESTASI KLINIS
Pasien dengan gastroetritis akibat infeksi sering mengalami nausea, muntah, nyeri perut sampai kejang perut, demam dan diare, terjadi renjatan hipovolemik harus dihindari kekurangan cairan menyebabkan pasien akan merasa haus, lidah kering, tulang pipi menonjol, turgor kulit menurun, serta suara menjadi serak, gangguan biokimiawi seperti asidosis metabolik akan menyebabkan frekuensi pernafasan lebih cepat dan dalam (pernafasan kusmaul). Bila terjadi renjatan hipovolemik berat maka denyut nadi cepat (lebih dari 120 kali/menit) tekanan darah menurun tak terukur, pasien gelisah, muka pucat, ujung ekstremitas dingin dan kadang sianosis, kekurangan kalium dapat menimbulkan aritmia jantung. Perfusi ginjal dapat menurun sehingga timbul anuria, sehingga bila kekurangan cairan tak segera diatasi dapat timbul penulit berupa nekrosis tubular akut.
Secara klinis dianggap diare karena infeksi akut dibagi menjadi dua golongan pertama, kolerifrom, dengan diare yang terutama terdiri atas cairan saja. Kedua disentriform, pada saat diare didapatkan lendir kental dan kadang-kadang darah.
E. KOMPLIKASI
a. Dehidrasi
Dari komplikasi Gastroentritis,tingkat dehidrasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
a) Dehidrasi ringan
b) Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, penderita belum jatuh pada keadaan syok.
c) Dehidrasi Sedang
d) Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, penderita jatuh pre syok nadi cepat dan dalam.
e) Dehidrasi Berat
f) Kehilangan cairan 8 - 10 % dari bedrat badan dengan gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku sampai sianosis
b. Renjatan hipovolemik
c. Kejang
d. Bakterimia
e. Mal nutrisi
f. Hipoglikemia
g. Intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Pemeriksaan endoskopi dilanjutkan dengan hispatologi biopsy mukosa lambung
• Kultur feses
• Rapid ureum test (CLO)
G. PENATALAKSANAAN
• Medis : atasi gastritis akut, antacid, obat anti sekresi : dosis 25 mg /tahun dengan dosis minimum 30 mg. Klorpromazin dosis 0,5 – 1 mg /kg bb /hari.
• Perawatan : meningkatklan istirahat pasien, mengurangi stress, farmakoterapi, tata laksana sesuai derajat dehidrasinya
H. DIAGNOSA KEPERAWATAN YANG MUNGKIN MUNCUL
1. Ansietas berhubungan dengan pengobatan
2. Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi,frekwensi BAB yang berlebihan
3. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi
4. Nyeri b.d agen cedera biologis
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
1 Diare b/d iritasi pada system gastrointestinal Setelah dilakukan tindakan keperawatan slama 3x24 jam, diare dapat dihilangkan dengan kriteria
Bowel elimination
Hydration
Kriteria Hasil :
Melaporkan feses lunak, BAB 1-3 kali sehari
Keseimbangan cairan
Hidrasi kuat
Tidak mengalami diare
Menunjukan perilaku penanganan untuk mencegah diare
Mempertahankan turgor kulit
NIC :
Diarhea Management
Evaluasi efek samping pengobatan terhadap gastrointestinal
Ajarkan pasien untuk menggunakan obat antidiare
Instruksikan pasien/keluarga untukmencatat warna, jumlah, frekuenai dan konsistensi dari feses
Evaluasi intake makanan yang masuk
Identifikasi factor penyebab dari diare
Monitor tanda dan gejala diare
Observasi turgor kulit secara rutin
Ukur diare/keluaran BAB
Hubungi dokter jika ada kenanikan bising usus
Monitor persiapan makanan yang aman
Ambil feses kultur
Monitor adanya ulserasi dan iritasi kulit
Lakukan tindakan untuk mengistirahatkan usus besar (diet cair)
Anjurkan pasien makan dalam porsi kecil, sering dan jumlah ditingkatkan secara bertahap
Kolaborasikan tentang diet yang deiperlukan dan alternative pemberian makanan
Monitor tanda dan gejala diare
Anjurkan pasien dank e;luarga untuk mencegah makanan dari kotor
Anjurkan klien untuk mencuci tangan setelah BAB juga sebelum dan sesudah makan Untuk dapat mengurangi, menghilangkan dan mencegah diare.
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
2.
Nausea b/d iritasi pada system gastrointestinal Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien mampu :
1. mendemonstrasikan tingkat kenyamanan dengan criteria:
• klien melaporkan kenyamanan fisik
• mengekspresikan terhadap kepuasan atas control nyeri
2. menunjukan keseimbangan cairan dengan criteria :
• keseimbangan intake dan output selama
• tidak terdapat mata cekung
• berat badan stabil
3. menunjukan status nutrisi (asupan makanan dan cairan) dengan criteria:
• intake makanan oral adekuat
• asupan cairan IV adekuat 1. Penatalaksanaan cairan
pertahankan keakuratan pencatatan intake dan output cairan
pantau makanan dan minuman yang dicerna
pantau status nutrisi
pantau status hidrasi (membrane mukosa, nadi, dan tekanan darah adekuat)
kolaborasi terapi IV
2. Monitor nutrisi
Pantau adanya peningkatan/ penurunan berat badan
Pantau adanya kulit kering
Pantau tingkat energi, keletihan dan kelemahan
Pantau asupan kalori dean makanan
3. Pendidikan untuk klien/ keluarga:
Ajarkan makan perlahan
Anjurkan untuk selalu mencuci tangan dengan sbub setelah BAB/BAK 1.Mempertahankan keseimbanagn cairan dan pencegahan komplikasi yang bisa disebabkan olah kadar cairan yang tidak normal
2.dengan monitor, mengumpulkan dan mengevaluasi data diharapkan dapat mencegah malnutrisi
3.Memberikan tambahan pengetahuan selama klien dirawat dan proses rehabilitasi di rumah
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
4. Nyeri akut b/d proses penyakit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien mampu menunjukan:
Pain control,
Comfort level
Dengan criteria :
Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri
Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)
Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
Tanda vital dalam rentang normal
Pain Management
Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas dan faktor presipitasi
Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan
Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien
Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau
Kontrol lingkungan yang dapat mempengaruhi nyeri seperti suhu ruangan, pencahayaan dan kebisingan
Ajarkan tentang teknik non farmakologi
Kolaborasi pemberian analgetik untuk mengurangi nyeri
Evaluasi keefektifan kontrol nyeri
Tingkatkan istirahat 1. meringankan atau mengurangi nyeri sampai pada tengkat kenyamanan yang dapat diterima klien
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
3. Hipertermia b/d proses penyakit
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien mampu menunjukan:
Thermoregulation
dengan criteria :
Suhu tubuh dalam rentang normal
Nadi dan RR dalam rentang normal
Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing, merasa nyaman Fever treatment
Monitor suhu sesering mungkin
Monitor IWL
Monitor warna dan suhu kulit
Monitor tekanan darah, nadi dan RR
Berikan anti piretik
Selimuti pasien
Berikan cairan intravena
Kompres pasien pada lipat paha dan aksila
1. pengelolaan klien untuk mencapai suhu tubuh yang diinginkan (dalam rentang normal)
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
5. Resiko infeksi b/d tindakan infasif Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3x24 jam, klien mampu menunjukan:
Risk control
Dengan criteria :
Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya infeksi
Jumlah leukosit dalam batas normal
Menunjukkan perilaku hidup sehat
Kontrol infeksi
• Bersihkan lingkungan setelah dipakai pasien lain
• Batasi pengunjung bila perlu
• Gunakan sabun antimikrobia untuk cuci tangan
• Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan kperawtan
• Gunakan baju, sarung tangan sebagai alat pelindung
• Pertahankan lingkungan aseptik selama pemasangan alat
• Ganti letak IV perifer dan line central dan dressing sesuai dengan petunjuk umum
• Berikan terapi antibiotik bila perlu 1. meminimalkan penularan agen infeksius dan mengindarkan klien dari tanda dan gejala infeksi
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
6. Defisit self care : higiene b/d kurangnya motivasi Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam, klien mampu menunjukan:
Self care : higiene
Dengan criteria hasil:
Klien terbebas dari bau badan
Kuku rapi dan terbebas dari kotor
Menyatakan kenyamanan terhadap kemampuan untuk melakukan ADLs
Menerima bantuan dari pemberi perawatan, jika diperlukan
Self Care assistane : higiene
Monitor kemempuan klien untuk perawatan diri yang mandiri.
Sediakan bantuan sampai klien mampu secara utuh untuk melakukan self-care.
Dorong untuk melakukan secara mandiri, tapi beri bantuan ketika klien tidak mampu melakukannya.
Pertimbangkan usia klien jika mendorong pelaksanaan aktivitas sehari-hari.
1. membantu klien untuk memenuhi hygiene pribadi
BAB III
ANALISA
A. ETIOLOGI
Penyebab Gastro Etritis Akut karena infeksi interna pada saluran pencernaan. Demikian pila pada kasus. Pada pemeriksaan urinalisis, teerdapat sejumlah leukosit yang seharusnya hanya 2-4 pada kasus terdapat 4-6. namun sebenarnya pemeriksaan kultur feses akan lebih akurat dalam memnunjukan penyebab Gastro Etritis Akut.
B. TANDA DAN GEJALA
Individu dengan Gastro Etritis Akut akibat infeksi sering mengalami mual, muntah, nyeri perut ssampai kejang perut, demam dan diare. Pernyataan tersebut sesuai dengan kasus. Antara lain mual, muntah, nyeri perut, demam dan diare.
C. KOMPLIKASI
Menurut teori, komplikasi yang sering terjadi antara lain : dehidrasi, renjatan hipovolemik, kejang, bakterimia, mal nutrisi, hipoglikemi, serta intoleransi sekunder akibat kerusakan mukosa usus. Dalam kasus, komplikasi dia atas tidak ada yang menyertai. Hal ini dapat disebabkan karena individu mempunyai reaksi berbeda pada setiap penyakit yang dideritanya. Individu pada kasus mengatakan bahwa dia sering mengalami diare, hal ini menyebabkan tubuh menjadi terbiasa dalam menghadapi gangguan tersebut. Sehingga komplikasi tidak terwujud.
D. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan medis adalah dengan memberikan antasida dan obat-obatan anti sekresi. Dalam tindakan keperawatan tatalaksana dapat berupa : meningkatkan istirahat pasien, mengurangi stress, dan jika terdapat dehidrasi lakukan rehidrasi sesuai tingkat dehidrasinya. Pada kasus belum terjadi dehidrasi maupun mal nutrisi. Sehingga tatalaksana keperawatan mengacu pada tindakan pencegahan kekurangan cairan dengan menghitung intake dan output cairan termasuk pemberian cairan intravena
E. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pada literature menunjukan diagnosa yang mungkin muncul antaranya : Ansietas berhubungan dengan pengobatan, Gangguan integritas kulit berhubungan dengan iritasi frekwensi BAB yang berlebihan, Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d gangguan absorbsi , Nyeri b.d agen cedera biologis.
Pada kasus diagnosa yang muncul : Diare b/d iritasi pada system gastrointestinal, Nausea b/d iritasi pada system gastrointestinal, Hipertermia b/d proses penyakit, Nyeri akut b/d proses penyakit, Resiko infeksi b/d tindakan infasif, Defisit self care : higiene b/d kurangnya motivasi.
Dapat dilihat bahwa ada perbedaan antara literatur dan kenyataan pada kasus. Hal ini dapat terjadi karena saat pengkajian, akan muncul masalah yang beragam. Sehingga diagnosa yang muncul juga akan beragam.
F. EVALUASI
Pada akhirnya dari semua diagnosa yang muncul pada kasus menunjukan masalah teratasi dan pasien boleh pulang. Pada discharge planing pasien pulang, dapat ditambahkan pemberian motivasi untuk memelihara higiene individu. Mengingat kemungkinan individu mengalami Gastro Etritis Akut karena kurangnya higiene diri. Dapat dilihat pada data pengkajian ekstrimitas terdapat kuku panjang dan kotor. Hal ini tidsak dilakukan penulis karena saat pasien pulang penulis tidak pada saat dinas.
DAFTAR PUSTAKA
http//www.harnawatiaj.wordpress.com, diakses tanggal 21 Mei 2008
http//www. Kumpulan Askep.com, diakses tanggal 28 Mei 2008
http//praktek-perawat.blogspot.com/2008/03/askep-pada-klien-dengan-ge.html, diakses tanggal 21 Mei 2008
Jhonson, Marion, et all, (2000), Nursing Outcomes Clasification, Mosby, USA
McCloskey, et all, (2000), Nursing Intervention Clasification, Mosby, USA
Priharjo, Robert, (2000), Pengkajian Fisik Keperawatan, Jakarta, EGC
Wilkimson, J.M., (2007), Buku Saku Diagnosisi Keperawatan Dengan Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, EGC, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar