Rabu, 30 Maret 2011

SEKILAS TENTANG TRAUMA MEDULA SPINALIS

NAMA             :  SUPRIYANTI
KELAS            :  B/KP/VI
NIM                 : 04.08.2138


A. PENDAHULUAN
Akibat suatu trauma pada medulla spinalis dan kauda ekuina telah dikenal oleh manusia purba, tetapi catatan pada manusia yang paling dini tentang paraplegia dan kuadriplegia pada manusia ditemukan pada Papirus Edwin _ Smith . Disini para ‘ dokter “ mesir menuliskan gejala , cara pemeriksaan penderita dan mengemukakan prognosisnya yang jelek. Setelah melalui perjalanan yang panjang , pengalaman, perhatian makin bertambah selama dan sesudah perang dunia II, sumbangan yang berharga telah diwujudkan terutama di inggris .George Ridoch memutuskan untuk mengobati pendertita  dikenal sebagai unit trauma spinal. Kecelakaan lalu lintas , terjatuh, olahraga (Misalnya menyelam) , kecelakaan industry, luka tembak dan luka bacok, ledakan bom merupakan penyebab trauma  medulla spinalis.
B. PATOGENESIS
Efek trauma terhadap tulang belakang bias berupa fraktur -dislokasi, fraktur dan dislokasi. Frekuensi relatif ketiga jenis tersebut adalah ter 3:1:1
Fraktur tidak mempunyai tempat predileksi,  tapi dislokasi cenderung lokasi  terjadi pada tempat- tempat antara bagian yang sangat mobil dan bagianyang terfiksasi seperti vertebra C1-2, C5-6 dan T11-12
Dislokasi bias ringan dan bersifat sementara atau berat dan menetap. Tanpa kerusakan yang nyata pada tulang belakang , efek traumatiknya bias mengakibatkan lesi yang nyata di medulla spinalis.
Efek trauma yang tidak dapat langsung bersangkutan dengan fraktur dan dislokasi , tetapi dapat menimbulkan lesi pada medulla spinalis yang dikenal sebagai trauma tak langsung. Tergolong dalam trauma tak langsung ini adalah whiplash (lecutan), jatuh terduduk atau dengan badan berdiri atau terlempar oleh gaya eksploso bom.
Medula spinalis danradiks dapat rusak melalui 4 mekanisme berikut :
a.    Kompresi oleh tulang, ligamentum, herniasi diskus intervertebralis dan hematom. Yang paling berat adalah kerusakan akibat kompresi tulang dan kompresi oleh korpus vertebra yang mengalami dislokasi ke posterior dan trauma hiperekstensi.
b.    Regangan jaringan yang berlebihan akan menyebabkan gangguan pada jaringan , hal ini biasanya terjadi pada hiperfleksi. Toleransi medulla spinalis terhadap regangan akan menurun dengan bertambahnya usia
c.     Edema medulla spinalis yang timbul segera setelah trauma menyebabkan gangguan aliran darah kapiler dan vena.
d.    GAngguan sirkulasi akibat kompresi tulang atua system arteri spinalis anterior dan posterior
C. MANIFESTASI LESI TRAUMATIK
1.  KOMOSIO MEDULA SPINALIS
Komosio medulla spinalis adalah suatu keadaan dimana funsi medulla spinalis hilang sementara akibat suatau trauma dengan atau tanpa disertai fraktur atau dislokasi. Sembuh sempurna akan terjadi dalam waktu beberpa menit hingga beberapa jam/ hari tanpa meningglakan gejala sisa.
Kerusakan reversible yang mendasari komosio medulla spinalis berupa edema, perdarahan perivaskuler kecil- kecil dan infark di sekitar pembuluh darah. Pada saat inspeksi makroskopik medulla spinalis tetap utuh . Bila paralisis total dan hilngnya sensibilitas menetap lebih dari 48 jam maka kemungkinan sembuh sempurna menipis dan perubahan pada medulla spinalis lebih mengarah ke perubahan anatomic daripada fisiologik
2.  KONTUSIO MEDULA SPINALIS
Berbeda dengan komosio medulla spinalis yng diduga hanya merupakan gangguan fisiologik saja tanpa kerusakan anatomic makroskopik, maka pada kontusio medulla spinalis didapati kerusakan makroskopik dan  mikroskopik medulla spinalis yaitu perdarahan, pembengkakan (edema), perubahan neuron,reaksi peradangan.
Perdarahan di dalam sustansia alba memperlihatkan adanya bercak – bercak degenarasi waller dan pada kornu anterior terjadi hilangnya neuron yang di ikuti proliferasi microglia dan astrosit.



3.  LASERASIO MEDULA SPINALIS
Pada laserasio medulla spinalis terjadi kerusdakan yang berat akibat diskontinuitas medulla spinalis. Biasanya penyebab lesi ini adalah luka tembak atau bacok / tusukan, fraktur dislokasi vertebra.
4.  PERDARAHAN
Akibat trauma , medulla spinalis dapat mengalami perdarahan epidural, subdural Maupun hematomieli. Hematom epidural dan subdural dapat terjadi akibat trauma maupun akibat anesthesia epidural dan sepsis. Gambaran klinisnya adalah adanya trauma yang relative ringan tetapi segera diikuti paralisis flaksid berat akibat penekanan medulla spinalis. Kedua keadaan diatas memerlukan tindakan darurat bedah. Hematomieli adalah perdarahan di dalam substansia grisea medulla spinalis . Perdarahan ini dapat terjadi akibat fraktu- dislokasi , trauma whiplash atau trauma tidak langsung misalnya akibat gaya eksplosi atau jatuh dalam posisi berdiri / duduk.
Gambaran klinisnya adalah hilangnya fungsi medulla spinalis dibawah lesi, yang sering menyerupai lesi transversal. Tetapi setelah edema  berkurang dan bekuan darah diserap maka terdapat perbaikan- perbaikan funsi funikulus lateralis dan posterior medulla spinalis. Hal ini menimbulkan gamabran klinis yang khas hematomielia sebagai berikut : terdapat paralisis flaksid dan atrofi otot setinggi lesi dan di bawah lesi terdapat paresis spastic, dengan utuhnya sensibilitas nyerei dan suhu serta fungsi funikulus posterior.
5.  KOMPRESI MEDULA SPINALIS
Kompresi medulla spinalis dapat terjadi akibat dislokasi vertebra maupun perdarahan epi dan sudural. Gambaran klinisnya sebanding dengan sindrom kompresi medulla spinalis akibat tumor, kista, dan abses di dalam kanalis vertebralis . Akan didapati nyeri radikuler dan paralisis flaksid setinggi lesi akibat kompresi pada radiks saraf tepi. Akibat hiperekstensi , hiperfleksi, dislokasi, fraktur dan gerak lecutan (whiplash) radiks saraf tepi dapat tertarik dan mengalami jejas (reksis).
Pada trauma lecutan radiks C5-7 dapat mengalami hal demikian dan menimbulkan nyeri radikular spontan.Dulu gambaran penyakit ini dikenal sebagai hematorakhis yang sebenarnya lebih tepat dinamakan neuralgia radikularis traumatic yang reversible. Di bawah lesi kompresi medulla spinalis akan didapati paralisis spastic dan gangguan sensorik serta otonom sesuai denga deerajat bertanya kompresi. Kompresi konus medularis terjadi akibat fraktu- dislokasi vertebra L1, yang menyebabkan rusaknya segmen sakralis medulla spinalis.Biasanya tidak dijumpai gangguan, otorik yang menetap, tetapi terdapat gangguan sensorik pada segmen sakralis yang terutama mengenai daerah sadel, perineum dan bokong.
Di samping itu dijumpai juga gangguan otonom yang berupa retensio urin serta pada pria terdapat impotensi. Kompresi kaudal ekulna akan menimbulkan gejala, yang bergantung pada serabut saraf spinlais mana yang terlibat. Akan dijumnpai paralisis flaksid dan atrofi otot. Gangguan sensorik sesuai dengan dermatom yang terlibat. Kompresi pada saraf spinalis S2, S3, dan S4 akan menyebabkan retensio urin dan hilamgnya control volunteer vesika urinaria, inkontinensia alvi dan impotensi.
6.  HEMISEKSI MEDULA SPINALIS
Biasanya dijumpai pada luka tembak atau luka tusuk / bacok di medulla spinalis. Gambaran klinisnya merupakan sindrom down sequard yaitu setinggi lesi terdapat kelimpuhan neuron motorik perifer(LMN) ipsilateral pada otot – otot yang disarafi oleh motoneuron yang terkena hemilesi . Setinggi lesi dijumpai deficit sensorik ipsilateral yang terbatas pada kawasan sensorik segmen yang terkena hemilesi. Dibawah tingkat lesi dijumpai pada sisi ipsi lateral kelumpuhan neuron motorik sentral (UMN) dan deficit sensorik proprioseptif sedangkan pada sisi kontra lateral terdapat deficit sensorik protopatik.
7.  SINDROM MEDULA SPINALIS BAGIAN ANTERIOR
Sindrom ini mempunyai cirri khas berikut: paralisis dan hilangnya sensibilitas protopatik dibawah  tingkat lesi, tetapi sensibilitas protopatik tetap utuh.
8.  SINDROM MEDULA SPINALIS BAGIAN POSTERIOR
Ciri khas sindrom ini adalah adanya deficit motorik yang lebih berat pada lengan daripada tungkai dan disertai defisit sensorik.
Defisit motorik yang lebih jelas pada lengan (daripada tungkai) dapat dijelaskan akibat rusaknya sel motorik di kornu anterior medulla sinalis segmen servikal atau akibat terlibatnya serabut traktus kortikospianlis yang terletak lebih medial di kolumna lateralis medulla spinalis. Sindrom ini sering dijumpai pada penderita spondilosis servikal.
9.  TRANSEKSI MEDULA SPINALIS
Bila medulla spinalis secara mendadak rusak total akibat lesi teransversal maka akan dijumpai  3 macam gangguan yang muncul serentak yaitu:
a)    Semua gerak voluntary pada bagian tubuh yang terletakdibawah lesi akan hilang fungsinya secra mendadak dan menetap
b)   Semua sensibilitas daerah di bawah lesi menghilang
c)    Semua  fungsi reflektorik pada semua segmen dibawah lesi akan menghilang. Efek terakhir ini disebut renjartan spinal(spinal shock), yang melibatkan baik reflex tendon maupun reflex otonom. Kadang kala pada fase renjatan ini masih dapat dijumpai reflex bulbokavernosus dan atau beberapa minggu samapi beberapa bulan(3-6 minggu)
Pada anak- anak fase syok spinal berlansung lebih singkat daripada orang dewasayaitu kurang dari 1 minggu.Bila terdapat dekubitus , infeksi traktus urionarius atau keadaan metabolic yang terganggu , mal nutrisi, sepsis, maka fase syok ini akan berlangsung lebih lama.
Mc Cough mengemukakan 3 faktor yang mungkin berperan dalam mekanisme syok spinal.
a.    Hilangya fasilitas traktus desendens
b.    Inhibisi dari bawah yang menetap , yang bekerja pada reflex ekstensor dan
c.    Degenerasi aksonal interneuron
Karena fase renjatan spinal ini  mat dramatis , ridoch menggunkanya sebagai dasar pembagian gambaran klinisnya atas 2 bagian, ialah renjatan spinal atau arefleksi dan aktivitas reflex yang meningkat.

10.  SYOK SPINAL ATAU AREFLEKSIA
Sesaat setelah trauma , fungsi lesi di bawah tingkat lesi hilang, otot flaksid ,reflex hilang, paralisis atonik vesika urinaria dan kolon, atonia gaster dan hipestesia. Juga di bawah tingkat lesi dijumpai hilangnya tonus vasomotor, keringat dan piloereksi sert6a fungsi seksual. Kulit menjadi kering dan pucat serta ulkus dapat timbul pada daerah yang mendapat penekanan tulang. Sfingter vesika urinaria dan anus dalam keadaan kontraksi (disebabkan karena hilangnya inhibisi dari pusat system saraf pusat yang lebih tinggi) tetapi otot destrusor dan otot polos dalam keadaan atonik. Urin akan terkumpul , setelah intravaskuler lebih tinggi dari sfingter uretra maka urin akan mengalir keluar(overflow incontinence) demikian pula terjadi dilatasi pasif usus besar , retensio alvi dan ileus paralitik. Refleks genitalia (ereksi penis, reflex bulbokavernosus, kontraksi otot dartos) menghilang.

11.   AKTIVITAS REFLEKS YANG MENINGKAT
Setelah beberapa minggu respons reflex terhadap rangsang mulai timbul, mula- mula lemah makin lama makin kuat. Secara bertahap timbul reflex fleksi yang khas yaitu tanda babinski dan kemudian fleksi tripel( gerak menghindar dari rangsang dengan mengadakan fleksi pada sendi pergelangan kaki, sendi lutut dan sendi pangkal paha) muncul.Beberapa bulan kemudian reflex menghindar tadi akan bertambah meningkat , sehingga rangsang pada kulit tungkai akan menimbulkan kontraksi otot perut, fleksi tripel, hiperhidrosis, pilo ereksi dan pengosongan kandung kemih secra otomatis( kadang – kala juga pengosongan rectum). Hal ini disebut reflex massa.
D. DIAGNOSIS
a)    Radiologik
Foto polos posisi antero- posterior dan lateral pada daerah yang diperkirakan mengalami trauma akan memperlihatkan adanya fraktur dan mungkin disertai dengan dislokasi. Pada ruang gawat darurat, foto lateral daerah vertebra yang diperkirakan mendapat trauma harus dikerjakan segera, meskipun penderita telah membawa foto dari rumah sakit sebelumnya( khususnya pada trauma daerah servikal). Tujuan tindakan ini adalah untuk memastikan bahwa tidak terjadi perubahan jajaran vertebra(alignment) sewaktu diangkat/ dipindahkan. Pada trauma daerah servikal foto dengan posisi mulut terbuka dapat membantu dalam memeriksa adanya kemungkinan fraktur vertebra C1- C2.
b)   Pungsi Lumbal
Berguna pada fase akut trauma medulla spinalis . Sedikit peningkatan tekanan liquor serebrospinal dannadanya blockade pada tindakan Queckenstedt menggambarkan beratnya derajat edema medulla spinalis, tetapi perlu diingat tindakan pungsi lumbal ini harus dilakukan dengan hati- hati, karena posisi fleksi tulang belakang dapat memperberat dislokasi yuang telah terjadi. Dan antefleksi pada vertebra servikal  harus dihindari bila diperkirakan terjadi trauma pada daerah vertebra servikalis tersebut.
c)    Mielografi
Mielografi tampaknya tidak mempunyai indikasi pada fase akut trauma medulla spinalis. Tetapi mielografi dianjurkan pada penderita yang telah sembuh dari trauma pada derah lumbal, sebab sering terjadi herniasi diskus intevertebralis.
E. TATALAKSANA
Pada umumnya pengobatan trauma medulla spinalis adalah konservatif dan simptomatik. Manajemen  mempunyai tujuan mempertahankan fungsi medulla spinalis yang masih ada dan memperbaiki kondisi untuk penyembuhan jaringan medulla spinalis yang mengalami trauma tersebut.
Prinsip tatalaksana dapat diringkaskan sebagai berikut:
·         Segera  imobilisasi dan diagnose dini
·         Stabilisasi daeerah tulang yang mengalami trauma
·         Pencegahan progreivitas gangguan medulla spinalis
·         Rehabilitasi dini
Pada penderita yang diperkirakan mengalami trauma pada daerah servikal harus difiksasi degan kerah servikal(cervical collar). Bila kerah tidak tersedia , maka kepala dan leher difiksasi (imobilisasi) dengan menggunakan bantal pasir pada sisi kanan dan kiri kepala serta leher, sedangkan penderita dibaringkan dalam posisi terlentang pada alas yang keras(papan). Sewaktu penanggulanganawal dimulai , oksigenisasi dan aliran darah yang adekuat pada medulla spinalis dipertahankan. Perhatian yang besra ditujuakan untuk mempertahankan jalan nafas.
Bila tekanan oksigen medulla spinalis atau aliran darah berkurang . maka lesi medulla spinalis akan memburuk. Pemeberian cairan secar intravena segera dilakukan untuk mencegah terjadinya hipotensi.
Trauma medulla spinalis segmen servikal dapat menyebabkan paralisis otot- otot interkostal. Oleh karena itu dapatterjadi gangguan pernafasan bahkan kadang kala apneu. Bila perlu dilakuka inkubasi nasotrakeal(hindari fleksi dan ekstensi yang berlebihan) bila pemberian oksigen saja tidak efektif membantu penderita.Pada trauma servikal, hilangnya control vasomotor menyebabkan pengumpula darah di pembuluh darah di abdomen , anggota gerak bawah dan visera yang mengalami dilatasi , menyebabkan timbulnya hipotensi.
Pipa nasogastrik dipasang untuk mencegah distensi abdomen akibat dilatasi gaster akut.Bila tidak dilakukan dapat berakibat adanya vomitus lalu aspirasi dan akan memperberat pernafasan . secepat mungkin diruang gawat darurat dilakukan pemasangan kateter foley sebab retensio urin akan berkembang dalam waktu beberapa  jam. Perawatan yang baik perlu untuk mencegah timbulnya efek infeksi mtraktus urinarius.
Pada stadium awal dimana terjadi dilatasi gastrointestinal, diperlukan pemberian enema. Kemudian bila periltastik timbul kembali dapat diberikan obat pelunak feses. Bila traktus gastrointestinal menjadi lebih aktif lagi enema dapat digantidengan supositoria. Penderita harus sering diperhatikan ada/ tidaknya fekalit.  Untuk mencegah timbulnya dekubitus perlu dilakukan alih baring tiap  2 jam.
Pemberian kortikosteroid untuk mengurangi edema medulla spinalismasih controversial.bila hendak diberikan dapat dipakai deksametason. Bila timbul spastisitas dapat digunakan diazepam,baklofen dan dantrolen sodium untuk mengatasinya.
F. OPERASI
Pada saat ini laminektomi dekopresif tak dianjurkan kecuali pada kasus- kasus tertentu. Indikasi operasi pada saat ini adalah:
1.     Reduksi terbuka dislokasi dengan atau tanpa disertai fraktur pada daerah servikal, bilamana traksi dan manipulasi gagal.
2.    Adanya fraktur servikal dengan lesi parsial medulla spinalis dengan fragmen tulang tetap menekan permukaan anterior medulla spinalis meskipun telah dilakukan traksi yang adekuat.
3.    Trauma servikal dengan lesi parsial medulla spinalis, dimana tidak tampak adanya fragmen tulang dan  diduga terdapat penekanan medulla spinalis oleh herniasi diskus intervertebralis. Dalam hal ini perlu dilakukan pemeriksaan mielografi dan scan tomografik untuk membuktikannya.
4.    Fragmen yang menekan lengkung saraf
5.    Adanya benda asing atau fragmen tulang dalam kanalis spinalis
6.    Lesi parsial medulla spinalis yang berangsur- angsur memburuk setelah mulanya dengan cara konservatif yang maksimal menunjukkan perbaikan , harus dicurigai hematoma.
G. REHABILITASI
Rehabilitasi harus dilakukan sedini mungkin dengan tujuan untuk mencegah dengan tujuan untuk mencegah timbulnya komplikasi, mengurangi cacat dan menyiapkan penderita untuk kembali ke tengah keluarganya dan masyarakat. Untuk itu diperlukan suatu tim rehabilitasi yang terdiri dari:
§  Dokter
§  Perawat
§  Fisioterapis
§  Pekerja social
§  Psikolog
§  Ahli terapi kerja
§  Ahhli ortotik
§  Ahli ortopedi
Program rehabilitasi ini dapat dibagi dalam 2 tahap yang sinambung.Tahap pertama pada fase akut yaitu semasa penderita dalam pengobatan yang intensif. Terutama dikerjakan oleh perawat dan fisioterapis. Tindakan yang dapat dilakukan pada fase ini adalah latiha, masase, elektroterapi,memelihara jalan nafas, merawat gangguan sensibilitas, merawat gangguan miksi dan defekasi. Pada tahap kedua yaitu program rehabilitasi jangka panjang , disisni semua unsure tim rehabilitasi dilibatkan dengan tujuan memasyarakatkan kemabali penderita.
Program ini meliputi:
·         Menyiapkan keadaan mental emosional penderita agar dapat tetap berkarya meskipun menderita cacat
·         Edukasi pada penderita dan keluarga tentang perawatan dirumahlatihan cara makan, berpakaian ,miksi dan defekasi
·         Alih pekerjaan yang disesuaikan dengan kondisi penderita.






Daftar pustaka
Ø  Mardjono,M.,&sidharta, P.1989 Neurologi Klinis Dasar, ed 5, PT Dian Rakyat:Jakarta
Ø  Tim penyusun.2003.Kapita Selekta Neurologi ed.2.Gadjah mada University Press: Yogyakarta

Selasa, 29 Maret 2011

NOVIK SETYANINGRUM ( 04.08.1959 ) B / KP VI


 KANKER GINJAL
  • Definisi
Dalam keadaan normal, manusia memiliki 2 ginjal. Setiap ginjal memiliki sebuah ureter, yang mengalirkan air kemih dari pelvis renalis (bagian ginjal yang merupakan pusat pengumpulan air kemih) ke dalam kandung kemih. Dari kandung kemih, air kemih mengalir melalui uretra, meninggalkan tubuh melalui penis (pria) dan vulva (wanita).
Seperti organ tubuh lainnya, ginjal kadang bisa mengalami kanker. Pada dewasa, jenis kanker ginjal yang paling sering ditemukan adalah karsinoma sel ginjal (adenokarsinoma renalis, hipernefroma), yang berasal dari sel-sel yang melapisi tubulus renalis.
Add caption

Sebagian besar tumor ginjal yang solid (padat) adalah kanker, sedangkan kista (rongga berisi cairan) biasanya jinak.
Tumor ginjal merupakan tumor saluran kencing terbanyak ketiga setelah tumor prostat dan tumor kandung kencing. Semakin meluasnya penggunanaan ultrasonografi (USG) di poliklinik rawat jalan mempermudah deteksi dini kasus-kasus tumor ginjal. Banyak faktor yang diduga menjadi penyebab timbulnya tumor ginjal. Merokok merupakan salah satu faktor resiko yang menyebabkan tumor ginjal. Semakin lama merokok dan semakin muda seseorang mulai merokok semakin besar kemungkinan menderita tumor ginjal.
Gejala khas tumor ginjal berupa tiga tanda trias klasik yaitu: nyeri pinggang, kencing berdarah dan benjolan atau massa pada pinggang atau perut yang merupakan tanda tumor dalam stadium lanjut. Hipertensi (tekanan darah tinggi) dan anemia (kurang darah) tanpa sebab yang jelas terutama di usia muda juga merupakan gejala yang penting untuk dicurigai sebagai tanda adanya tumor ginjal. Terapi tumor ginjal yang masih dalam stadium dini dilakukan nefrektomi radikal yaitu mengambil organ ginjal. Terapi lain berupa hormon, radiasi dan kemoterapi.
Ginjal-ginjal adalah sepasang organ pada setiap sisi dari tulang belakang (spine) didalam perut bagian bawah. Setiap ginjal adalah kira-kira seukuran kepalan tangan. Melekat pada puncak dari setiap ginjal adalah suatu kelenjar adrenal. Suatu massa dari jaringan yang berlemak dan suatu lapisan luar dari jaringan yang berserat (Gerota's fascia) menyelubungi ginjal-ginjal dan kelenjar-kelenjar adrenal.
Ginjal-ginjal adalah bagian dari saluran air seni (kencing). Mereka membuat urin dengan mengeluarkan pembuangan dan kelebihan air dari darah. Urin berkumpul didalam suatu ruang berongga (renal pelvis) ditengah-tengah dari setiap ginjal. Ia mengalir dari renal pelvis kedalam kantong kemih melalui suatu tabung yang disebut suatu ureter. Urin meninggalkan tubuh melalui tabung lain (urethra).
Ginjal-ginjal juga membuat senyawa-senyawa yang membantu mengontrol tekanan darah dan produksi dari sel-sel darah merah.
  • Menyaring limbah metabolik
  • Menyaring kelebihan natrium dan air dari darah
  • Membantu membuang limbah metabolik serta natrium dan air yang berlebihan dari tubuh
  • Membantu mengatur tekanan darah
  • Membantu mengatur pembentukan sel darah   
Setiap ginjal terdiri dari sekitar 1 juta unit penyaring (nefron).
Sebuah nefron merupakan suatu struktur yang menyerupai mangkuk dengan dinding yang berlubang (kapsula Bowman), yang mengandung seberkas pembuluh darah (glomerulus). Kapsula Bowman dan glomerulus membentuk korpuskulum renalis.
Darah yang masuk ke dalam glomerulus memiliki tekanan yang tinggi. Sebagian besar bagian darah yang berupa cairan disaring melalui lubang-lubang kecil pada dinding pembuluh darah di dalam glomerulus dan pada lapisan dalam kapsula Bowman; sehingga yang tersisa hanya sel-sel darah dan molekul-molekul yang besar (misalnya protein).
Cairan yang telah disaring (filtrat) masuk ke dalam rongga Bowman (daerah yang erletak diantara lapisan dalam dan lapisan luar kapsula Bowman) dan mengalir ke dalam tubulus kontortus proksimal (tabung/saluran di bagian hulu yang berasal dari kapsula Bowman); natrium, air, glukosa dan bahan lainnya yang ikut tersaring diserap kembali dan dikembalikan ke darah.
Ginjal juga menggunakan energi yang secara selektif menggerakkan molekul-molekul yang besar (termasuk obat-obatan, misalnya penicillin) ke dalam tubulus. Molekul tersebut dibuang ke dalam air kemih meskipun ukurannya cukup besar untuk dapat melewati lubang-lubang pada penyaring glomerulus. Bagian berikutnya dari nefron adalah ansa Henle.
Ketika cairan melewati ansa Henle, natrium dan beberapa elektrolit lainnya dipompa keluar sehingga cairan yang tersisa menjadi semakin pekat. Cairan yang pekat ini akan mengalir ke dalam tubulus kontortus distal. Di dalam tubulus distal, semakin banyak jumlah natrium yang dipompa keluar.
Cairan dari beberapa nefron mengalir ke dalam suatu saluran pengumpul (duktus kolektivus). Di dalam duktus kolektivus, cairan terus melewati ginjal sebagai cairan yang pekat, atau jika masih encer, maka air akan diserap dari air kemih dan dikembalikan ke dalam darah, sehingga air kemih menjadi lebih pekat. Tubuh mengendalikan konsentrasi air kemih berdasarkan kebutuhannya terhadap air melalui hormon-hormon yang kerjanya mempengaruhi fungsi ginjal.
Air kemih yang terbentuk di ginjal mengalir ke bawah melalui ureter menuju ke kandung kemih; aliran tersebut bukan merupakan aliran yang pasif. Ureter adalah pipa/tabung berotot yang mendorong sejumlah air kemih dalam gerakan bergelombang (kontraksi).
Setiap ureter akan masuk ke dalam kandung kemih melalui suatu sfingter. Sfingter adalah suatu struktur muskuler (berotot) yang bisa membuka (sehingga air kemih bisa lewat) dan menutup. Air kemih yang secara teratur mengalir dari ureter akan terkumpul di dalam kandung kemih. Kandung kemih ini bisa mengembang, dimana ukurannya secara bertahap membesar untuk menampung jumlah air kemih yang semakin bertambah.
Jika kandung kemih telah penuh, maka akan dikirim sinyal saraf ke otak, yang menyampaikan pesan untuk berkemih.
Selama berkemih, sfingter lainnya yang terletak diantara kandung kemih dan uretra akan membuka sehingga air kemih mengalir keluar. Secara bersamaan, dinding kandung kemih berkontraksi sehingga terjadi tekanan yang mendorong air kemih menuju ke uretra. Tekanan ini dapat diperbesar dengan cara mengencangkan otot-otot perut.
Sfinger pada pintu masuk kandung kemih tetap menutup rapat untuk mencegah aliran balik air kemih ke ureter.
  • Penyebab
Dalam keadaan normal, sel-sel di dalam saluran kemih tumbuh dan membelah secara wajar. Tetapi kadang sel-sel mulai membelah diluar kendali dan menghasilkan sel-sel baru meskipun tubuh tidak memerlukannya. Hal ini akan menyebabkan terbentuknya suatu massa yang terdiri jaringan berlebihan, yang dikenal sebagai tumor. Tidak semua tumor merupakan kanker (keganasan). Tumor yang ganas disebut tumor maligna. Sel-sel dari tumor ini menyusup dan merusak jaringan di sekitarnya.
Sel-sel ini juga keluar dari tumor asalnya dan memasuki aliran darah atau sistem getah bening dan akan terbawa ke bagian tubuh lainnya (proses ini dikenal sebagai metastase tumor). Penyebab mengganasnya sel-sel ginjal tidak diketahui. Tetapi penelitian telah menemukan faktor-faktor tertentu yang tampaknya meningkatkan resiko terjadinya kanker ginjal. Resiko terjadinya karsinoma sel ginjal meningkat sejalan dengan bertambahnya usia. Kanker ini paling sering terjadi pada usia 50-70 tahun. Pria memiliki resiko 2 kali lebih besar dibangkan wanita.
  • Ynag Berisiko Pada Kangker Ginkal 
 Kangker ginjal berkembang paling sering pada orang-orang yang berumur 40 tahun keatas, namun tidak seorang pun mengetahui penyebab-penyebab yang pasti dari penyakit ini. Dokter-dokter jarang dapat menerangkan mengapa seseorang mengembangkan kanker ginjal dan yang lainnya tidak. Bagaimanapun, adalah jelas bahwa kanker ginjal adalah tidak menular. Tidak seorang pun dapat "menangkap" penyakit ini dari orang lain.
Penelitian telah menunjukan bahwa orang-orang dengan faktor-faktor risiko tertentu adalah lebih mungkin daripada yang lain-lainnya mengembangkan kanker ginjal. Suatu faktor risiko adalah apa saja yang meningkatkan kesempatan seseorang mengembangkan suatu penyakit.

Studi-studi telah menemukan faktor-faktor risiko yang berikut untuk kanker ginjal: 
  • Merokok: Merokok sigaret adalah suatu faktor risiko utama. Perokok-perokok sigaret adalah dua kali lebih mungkin daripada bukan perokok untuk mengembangkan kanker ginjal. Merokok cerutu juga mungkin meningkatkan risiko penyakit ini. 
  • Kegemukan: Orang-orang yang kegemukan mempunyai suatu risiko yang meningkat dari kanker ginjal. 
  • Dialysis jangka panjang: Dialysis adalah suatu perawatan untuk orang-orang yang ginjal-ginjalnya tidak bekerja dengan baik. Ia mengeluarkan pembuangan-pembuangan dari darah. Berada pada dialysis untuk waktu bertahun-tahun adalah suatu faktor risiko untuk kanker ginjal.
  • Von Hippel-Lindau (VHL) syndrome: VHL adalah suatu penyakit yang jarang yang beredar pada beberapa keluarga-keluarga. Ia disebabkan oleh perubahan-perubahan dalam gen VHL. Suatu gen VHL yang abnormal meningkatkan risiko kanker ginjal. Ia juga dapat menyebabkan kista-kista (cysts) atau tumor-tumor di mata-mata, otak, dan bagian-bagian lain tubuh. Anggota-anggota keluarga dari mereka yang dengan sindrom ini dapat memdapatkan suatu tes untuk memeriksa kemungkinan gen VHL yang abnormal. Untuk orang-orang dengan gen VHL abnormal, dokter-dokter mungkin menyarankan cara-cara untuk memperbaiki pendeteksian kanker ginjal dan penyakit-penyakit lain sebelum gejala-gejala berkembang.
  • Pekerjaan: Some people have a higher risk of getting kidney cancer because they come in contact with certain chemicals or substances in their workplace. Coke oven workers in the iron and steel industry are at risk. Workers exposed to asbestos or cadmium also may be at risk.
  • Jenis kelamin: Laki-laki adalah lebih mungkin daripada wanita-wanita didiagnosis dengan kanker ginjal. Setiap tahun di Amerika, kira-kira 20,000 laki-laki dan 12,000 wanita-wanita belajar bahwa mereka mempunyai kanker ginjal. 
Kebanyakan orang-orang yang mempunyai faktor-faktor risiko ini tidak mendapat kanker ginjal. Pada sisi lain, kebanyakan orang-orang yang mendapat penyakit ini tidak mempunyai faktor-faktor risiko yang diketahui. Orang-orang yang berpikir mereka mungkin berisiko harus mendiskusikan kekhwatiran ini dengan dokter mereka. Dokter mungkin mampu untuk menyarankan cara-cara untuk mengurangi risiko dan dapat merencanakan suatu jadwal yang tepat untuk checkup-checkup.


  • Gejala
Pada stadium dini, kanker ginjal jarang menimbulkan gejala. Pada stadium lanjut, gejala yang paling banyak ditemukan adalah hematuria (adanya darah di dalam air kemih). Hematuria bisa diketahui dari air kemih yang tampak kemerahan atau diketahui melalui analisa air kemih.
Tekanan darah tinggi terjadi akibat tidak adekuatnya aliran darah ke beberapa bagian atau seluruh ginjal, sehingga memicu dilepaskannya zat kimia pembawa pesan untuk meningkatkan tekanan darah.
Polisitemia sekunder terjadi akibat tingginya kadar hormon eritropoietin, yang merangsang sumsum tulang untuk meningkatkan pembentukan sel darah merah.
Gejala-gejala umum dari kanker ginjal termasuk:
  • Darah dalam urin (membuat urin sedikit merah karatan atau merah dalam)
  • Nyeri pada sisi yang tidak hilang
  • Suatu gumpalan atau massa pada sisi atau diperut
  • Kehilangan berat badan
  • Demam
  • Merasakan sangat lelah atau mempunyai suatu perasaan keseluruhan dari kesehatan yang jelek
Paling sering, gejala-gejala ini tidak berarti kanker. Suatu infeksi, suatu kista, atau persoalan lain juga dapat menyebabkan gejala-gejala yang sama. Seseorang dengan yang mana saja dari gejala-gejala ini harus mengunjungi seorang dokter sehingga persoalan apa saja dapat didiagnosis dan dirawat sedini mungkin. Gejala yang disebabkan oleh kelainan ginjal dan saluran kemih sangat bervariasi, tergantung kepada bagian ginjal atau saluran kemih yang terkena.
Demam dan malaise (perasaan tidak enak badan) merupakan gejala yang umum, tetapi infeksi kandung kemih (sistitis) biasanya tidak menyebabkan demam. Suatu infeksi bakteri pada ginjal (pielonefritis) biasanya menyebabkan demam tinggi. Kanker ginjal kadang menyebabkan demam. Sebagian besar orang melakukan buang air kecil sebanyak 4-6 kali/hari, terutama pada siang hari.
Frekuensi (sering berkemih) tanpa disertai peningkatan dalam jumlah total air kemih dalam sehari, merupakan suatu gejala dari infeksi kandung kemih atau iritasi kandung kemih (misalnya karena benda asing, batu atau tumor). Tumor atau massa lainnya yang menekan kandung kemih juga bisa menyebabkan peningkatan frekuensi berkemih. Iritasi kandung kemih juga bisa menyebabkan disuria (nyeri ketika berkemih) dan urgensi (desakan untuk berkemih), yang bisa dirasakan sebagai tenesmus (nyeri ketika mengedan yang hampir dirasakan terus menerus). Jumlah air kemih biasanya sedikit, tetapi jika penderita tidak segera berkemih, air kemih bisa keluar dengan sendirinya (kontrol terhadap berkemih hilang).
Nokturia adalah sering berkemih pada malam hari. Nokturia bisa tejadi pada stadium awal penyakit ginjal, tetapi bisa juga karena sebelum tidur seseorang terlalu banyak minum, terutama alkohol, kopi atau teh. Nokturia terjadi karena ginjal tidak dapat memekatkan air kemih dengan baik. Nokturia juga terjadi pada penderita gagal jantung, gagal hati atau diabetes, meskipun tidak terdapat kelainan pada saluran kemihnya. Nokturia dengan jumlah air kemih yang sangat sedikit bisa terjadi jika air kemih mengalir balik ke kandung kemih karena adanya penyumbatan; salah satu penyebabnya yang paling sering ditemukan pada pria lanjut usia adalah pembesaran kelenjar prostat.
Enuresis (ngompol) pada usia 2-3 tahun merupakan hal yang normal. Enuresis yang terjadi setelah usia 3 tahun, menunjukkan adanya suatu masalah, misalnya:
  • Tertundanya kematangan otot dan saraf pada saluran kemih bagian bawah.
  • Infeksi atau penyempitan uretra.
  • Neurogenic bladder (tidak adekuatnya pengontrolan saraf kandung kemih).

Gejala-gejala yang sering ditemukan pada penyumbatan uretra adalah:
  • Keraguan untuk memulai berkemih.
  • Kebutuhan untuk mengedan.
  • Aliran yang lemah atau menetes.
  • Setelah selesai berkemih, air kemih masih menetes.
Pada pria, gejala tersebut paling sering disebabkan oleh pembesaraan prostat dan penyempitan uretra (striktur uretra).
Gejala yang sama pada anak laki-laki, bisa menunjukkan adanya kelainan bawaan berupa penyempitan uretra atau lubang uretra yang sangat kecil. Lubang uretra yang kecil juga bisa ditemukan pada wanita.
Inkontinensia uri (ketidakmampuan menahan buang air kecil) bisa terjadi pada berbagai keadaan.
Sistokel (herniasi/burut kandung kemih ke dalam vagina), air kemih bisa keluar ketika penderita tertawa, batuk, lari atau mengangkat beban berat. Sistokel biasanya terjadi akibat peregangan dan lemahnya otot panggul (karena melahirkan) atau akibat adanya perubahan kadar hormon estrogen pada saat menopause. Penyumbatan pada aliran dari kandung kemih bisa menyebabkan inkontinensia jika tekanan di dalam kandung kemih melebihi tahanan dari penyumbatan, meskipun kandung kemih tidak sepenuhnya menjadi kosong.
Adanya gas di dalam air kemih merupakan gejala yang jarang terjadi, yang biasanya menunjukkan adanya fistula (hubungan yang abnormal) antara saluran kemih dan usus.
Suatu fistula bisa merupakan komplikasi dari divertikulits, abses maupun kanker. Fistula diantara kandung kemih dan vagina bisa juga menyebabkan terdapatnya gas di dalam air kemih. Kadang bakteri di dalam air kemih juga membentuk gas.
Dalam keadaan normal, seorang dewasa membuang sekitar 1 cangkir sampai 0,9L air kemih/hari. Berbagai penyakit ginjal menyebabkan terganggunya kemampuan ginjal untuk memekatkan air kemih, sehingga jumlah air kemih yang dibuang melebihi 2,25L.
Jumlah air kemih yang sangat banyak biasanya merupakan akibat dari:
  • Tingginya kadar gula darah.
  • Rendahnya kadar hormon antidiuretik yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisa (penyakit diabetes insipidus).
  • Berkurangnya respon terhadap hormon antidiuretik (diabetes insipidus nefrogenik).
Penyakit ginjal atau penyumbatan pada ureter, kandung kemih atau uretra bisa secara mendadak menyebabkan berkurangnya produksi air kemih sampai kurang dari 2 cangkir/hari.
Jika produksi air kemih dengan jumlah kurang dari 1 cangkir/hari terus berlanjut, bisa terjadi penimbunan limbah metabolik di dalam darah (azotemia). Penurunan jumlah air kemih ini bisa menunjukkan adalah gagal ginjal akut atau memburuknya suatu kelainan ginjal kronis.
Air kemih (urin) yang encer hampir tidak berwarna, sedangkan urin yang pekat berwarna kuning tua. Zat warna pada makanan bisa menyebabkan urin berwarna merah; sedangkan obat-obatan bisa menyebabkan urin berwarna coklat, hitam, biru, hijau atau merah. Selain karena makanan atau obat-obatan, urin yang tidak berwarna kuning adalah abnormal.
Urin coklat mungkin mengandung hasil pemecahan hemoglobin (protein pengangkut oksigen di dalam sel darah merah) atau protein otot. Urin yang mengandung zat warna akibat porfiria menjadi merah, sedangkan zat warna akibat melanoma menyebabkan urin menjadi hitam. Urin yang keruh menunjukkan adanya nanah akibat infeksi saluran kemih atau kristal garam dari asam urat maupun asam fosfat. Penyebab dari warna urin yang abnormal bisa diketahui dengan melakukan pemeriksan mikroskopik terhadap sedimen urin dan analisa kimia urin.
Hematuria (darah di dalam urin) dapat menyebabkan urin berwarna merah atau coklat, tergantung kepada jumlah darah, lamanya darah berada di dalam urin dan keasaman urin. Hematuria tanpa disertai nyeri bisa terjadi akibat kanker kandung kemih atau kanker ginjal. Hematuria ini biasanya hilang timbul, dan perdarahan berhenti secara spontan meskipun kankernya masih ada:
Penyebab lain dari hematuria adalah:
  • Glomerulonefritis
  • batu ginjal
  • ista ginjal
  • penyakit sel sabit
  • hidronefrosis.
Nyeri akibat penyakit ginjal biasanya dirasakan di punggung, yaitu di daerah flank (diantara tulang rusuk dan pinggul bagian belakang). Kadang nyerinya menjalar ke tengah-tengah perut. Penyebabnya adalah peregangan kapsula renalis (bagian luar ginjal, yang peka terhadap nyeri); hal ini bisa terjadi pada berbagai keadaan yang menyebabkan pembengkakan jaringan ginjal. Jika ginjal ditekan, seringkali timbul rasa nyeri.
Jika sebuah batu ginjal melewati ureter, akan timbul nyeri yang hebat. Sebagai respon terhadap batu, ureter berkontraksi sehingga terjadi nyeri kram yang hebat di punggung bagian bawah, yang sering menjalar ke selangkangan. Jika batu telah sampai ke kandung kemih, maka nyeri akan menghilang. Nyeri pada kandung kemih paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri. Nyeri ini biasanya dirasakan di atas tulang kemaluan dan pada ujung uretra ketika berkemih. Penyumbatan aliran urin juga menyebabkan nyeri di atas tulang kemaluan, tetapi jika penyumbatannya terjadi secara lambat, biasanya pelebaran kandung kemih tidak disertai dengan nyeri.
Kanker dan pembesaran prostat biasanya tidak menimbulkan nyeri, tetapi peradangan prostat (orostatitis) bisa menyebabkan nyeri yang samar-samar atau rasa penuh di daerah antara anus dan kelamin.
Pada saat ejakulasi, kadang keluar semen yang berdarah. Hal ini bisa terjadi pada pria yang menderita kelainan pembekuan.
  • Mendiagnosis Kanker Ginjal
Jika seorang pasien mempunyai gejala-gejala yang menyarankan kanker ginjal, dokter mungkin melaksanakan satu atau lebih dari prosedur-prosedur berikut:
  • Pemeriksaan fisik: Dokter memeriksa tanda-tanda kesehatan umum dan menguji untuk demam dan tekanan darah tinggi. Dokter juga merasakan (meraba) perut dan pinggang untuk tumor-tumor.
  • Tes-tes urin: Urin diperiksa untuk darah dan tanda-tanda lain dari penyakit.
  • Tes-tes darah: Laboratorium memeriksa darah untuk melihat berapa baik ginjal-ginjal bekerja. Lab mungkin memeriksa tingkat dari beberapa senyawa-senyawa, seperti creatinine. Suatu tingkat creatinine yang tinggi mungkin berarti ginjal-ginjal tidak mengerjakan pekerjaan mereka.
  • Intravenous pyelogram (IVP): Dokter menyuntikan zat warna (dye) kedalam suatu vena di lengan. Zat warna berjalan melalui tubuh dan mengumpul di ginjal-ginjal. Zat warna membuat mereka terlihat pada x-rays. Suatu rentetan dari x-rays kemudian menjejaki zat warna ketika ia bergerak melalui ginjal-ginjal ke ureter-ureter dan kantong kemih. X-rays dapat menunjukan suatu tumor ginjal atau persoalan-persoalan lain.
  • CT scan (CAT scan): Suatu mesin x-ray yang dihubungkan ke sebuah komputer mengambil serentetan gambar-gambar yang detil dari ginjal-ginjal. Pasien mungkin menerima suatu suntikan dari zat warna sehingga ginjal-ginjal terlihat dengan jelas didalam gambar-gambar. Suatu CT scan dapat menunjukan suatu tumor ginjal.
  • Tes Ultrasound: Alat ultrasound menggunakan gelombang-gelombang suara yang orang-orang tidak dapat dengar. Gelombang-gelombag memantul balik dari ginjal-ginjal, dan sebuah komputer menggunakan gema-gema untuk menciptakan suatu gambar yang disebut suatu sonogram. Suatu tumor atau kista yang solid nampak pada suatu sonogram.
  • Biopsi: Pada beberapa kasus-kasus, dokter mungkin melakukan suatu biopsi. Suatu biopsi adalah pengangkatan dari jaringan untuk mencari sel-sel kanker. Dokter memasukan suatu jarum yang tipis melalui kulit kedalam ginjal untuk mengangkat suatu jumlah yang kecil dari jaringan. Dokter mungkin menggunakan ultrasound atau x-rays untuk memandu jarum. Seorang ahli patologi menggunakan sebuah mikroskop untuk mencari sel-sel kanker dalam jaringan.
  • Operasi: Pada kebanyakan kasus-kasus, berdasarkan pada hasil-hasil dari CT scan, ultrasound, dan x-rays, dokter mempunyai cukup informasi untuk merekomendasikan operasi untuk mengangkat sebagian atau seluruh dari ginjal. Seorang ahli patologi membuat diagnosis akhir dengan memeriksa jaringan dibawah sebuah mikroskop.
Jika tumornya berupa kista, bisa diambil contoh cairan untuk dilakukan analisa. Aortografi dan angiografi arteri renalis bisa dilakukan sebagai persiapan pembedahan untuk memberikan keterangan tambahan mengenai tumor dan arteri renalis.
  • Pengrobatan
Saat ini pengobatan standar untuk kanker yang masih terbatas di ginjal adalah pembedahan untuk mengangkat seluruh ginjal (nefrektomi simplek atau nefrotomi radikal).
Pada nefrektomi radikal, dilakukan pengangkatan ginjal dan kelanjar adrenal diatasnya, jaringan di sekitar ginjal serta beberapa kelenjar getah bening. Pada nefrektomi simplek, dilakukan pengangkatan ginjal saja.
Pada prosedur embolisasi arteri, disuntikkan suatu zat khusus ke dalam pembuluh darah yang menuju ke ginjal. Dengan menyumbat pembuluh ini, tumor akan kekurangan oksigen dan zat gizi lainnya. Embolisasi arteri bisa digunakan sebelum pembedahan atau untuk mengurangi nyeri dan perdarahan jika pembedahan tidak mungkin dilakukan.
Embolisasi arteri bisa menyebabkan mual, muntah atau nyeri yang bersifat sementara.
Terapi penyinaran biasanya digunakan untuk mengurangi nyeri pada kanker yang telah menyebar ke tulang. Efek samping dari terapi penyinaran adalah kulit di tempat penyinaran menjadi merah atau gatal, mual dan muntah. Imunoterapi menggunakan sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker. Diberikan suatu zat yang dikenal sebagai pengubah respon biologis, misalnya interferon atau interleukin-2.
Secara normal, zat tersebut dihasilkan oleh tubuh dan juga dibuat di laboratorium untuk membantu mengobati penyakit. Efek samping yang timbul berupa menggigil, demam, mual, muntah dan penurunan nafsu makan.